NAK, KAU LEBIH CANTIK DENGAN JILBAB.

Anakku…

Akhir-akhir ini ibu khawatir dengan kondisi disekitarmu. Ibu khawatir, sudah banyak yang berubah. Orang alim yang lupa dengan kealimannya. Mengaku seorang yang bijak, pada akhirnya pembajak. Semuanya berbalik. Hitam jadi putih. Terang jadi gelap. Semuanya memilih cara yang instan, hampir-hampir seperti setan. Astaghfirullah. Doa ibu, semoga kau jauh disana selalu terlimpah hidayahNya.

Anakku…

Bagaimana kabarmu? Setelah sebulan kau merantau ke kota untuk kuliah. Menjadi seorang mahasiswi, yang sepertinya baru kemarin ibu mengantarmu dengan pakaian putih merahmu. Pasti kau sangat senang. Jika memang begitu, syukur dan sujudku dimalam hari akan ibu perpanjang. Lihatlah dirimu sekarang?! Ibu sampai pangling, siapakah kiranya bidadari syurga yang masuk di rumah ini?, dengan jilbab terurai panjang, pakaian yang anggun dan teduh. Subahanallah, cantik sekali.

Anakku…

Terimakasih sudah berjilbab. Sebenarnya, harapan itu sudah ibu pendam lama, berharap lekas hidayah itu ada. Selalu terbayang, kapan ibu akan melihatmu mengenakan pakaian yang akan membawamu ke syurga, syurga firdausnya? Apakah kau tidak ingin anakku. Ibu selalu berangan bisa segera membantumu memakai jilbab. Seperti itu , akhirnya ibu dapatkan sekarang.

Anakku…

Jika kamu tahu apa itu jilbab. Kau akan berdecak kagum dan gemas, “mengapa aku baru memakainya sekarang?!”. Ibu lega kau sudah berjilbab. Sedikit cerita, sekarang memakai jilbab lebih mudah. Tak ada lagi pelarangan seperti yang pernah heboh dimasa ibu dahulu. Kesadaran muslimah mulai marak di masa itu, ketika dawah semakin intensif dilakukan berbagai kalangan Islam. Bukan berarti sebelumnya tidak ada muslimah yang mengenakan jilbab, namun tahun 1980-an tercatat sebagai fenomena karena terjadi di sekolah-sekolah dan kampus negeri yang cenderung divonis sekuler. Ibu, bersama muslimah yang peduli, lantang menyeru ke jalan-jalan besar. Bebaskan kami berjilbab.

Anakku…

Sehebat apa hamba yang masih yakin akan melihat matahari esok, hingga berani menunda perintah-Nya? Apakah harus menunggu sempuran dulu perilaku kita? Apakah harus menunggu saat yang tepat? Lalu, bagaimana kita bisa menjamin kita tetap hidup sampai waktu tepat itu datang? Segala hal yang bernilai ibadah, tiada kata tunda, bersegeralah. Syukur Alhamdulillah, kau sudah berjilbab sekarang. InsyaAllah, jilbab akan membuat engkau lebih menjaga sikap. Memutuskan untuk berjilbab, memang bukan tanpa tantangan. Ada saja tantangan yang akan dihadapi ketika berjilbab. Tapi, bukankah hidup adalah tantangan?

Anakku…

Berjilbab tidak berarti kamu sempurna anakku, tetapi semoga menjadi awal untuk membuktikan kesungguhanmu menyempurnakan diri di hadapan-Nya. Tidak usah khawatir rezeki menjauh, kehilangan peluang, atau kau akan kehilangan kecantikanmu. Kita mempertahankan prinsip. Allah bersama niat baik. Bukankah ibu tadi sudah bilang, kau lebih cantik dengan berjilbab.

Anakku…

Setelah ibu melihat. Saat ini, dakwah yang gencar dilakukan semakin banyak melahirkan jilbaber, dan hal ini melahirkan produk baru di dunia mode. Bukan hanya pelajar dan mahasiswa yang mengenakan jilbab. Perkembangan ini membawa implikasi berikutnya. Bisnis Garmen  melirik mode prospek yang menjanjikan ini. Perancang-perancang mode juga mulai melirik mode busana muslimah plus jilbabnya. Berbagai kreativitas para perancang busana mode pun bermunculan. Ada yang tetap pada kode syar’i, hanya corak dan warna yang lebih dinamis. Namun ada juga yang merancangnya terlalu kreatif, sehingga kadar syar’inya hilang. Fenomena ini menjadi banyak yang memahami keliru, jilbab ‘gaul’ atau apalah itu. Kelihatannya jilbab hanya dilihat sebagai penutup kepala saja. Saat ini, kebanyakan pakaian muslimah hanya untuk membungkus bukan menutup, perbedaan membungkus dan menutup, contoh menutup itu berpakaian tapi lekuk-lekuk masih sangat terlihat, transparan, akibat pakaian kekecilan dan ketat dikategorikan membungkus. Sedangkan menutup, berpakaian dengan baik rapi tanpa tidak menampakkan model-model lekuk-lekuk tubuh alias tidak ketat.

Anakku…

Meskipun saat ini sudah banyak wanita muslim yang berjilbab. Tapi, masih banyak pula mereka yang belum berjilbab. Ketika kita membaca ayat cinta-Nya, difirmankan dalam QS. Al-Ahzab : 59 yang artinya “Wahai Nabi, katakanlah kepada istri-istrimu, dan putri-putrimu, pada wanita mukmin untuk mengulurkan jilbabnya keseluruh tubuhnya”. Simaklah juganak, dalam surat An-Nuur ayat 31 yang artinya “Hendaklah mereka (para wanita) memakai kerudung-kerudungnya sampai kedada”.

Alasannya beragam, mulai dari :

  1. Malu, terkadang ada muslimah yang sudah paham tentang arti dan kewajiban memakai jilbab syar’i tetapi masih dihantui perasaan malu terhadap teman, keluarga dan lingkungan. Pesan untukmu, sebagai harapan umat jangan malu dalam menjalankan Syariat Islam sebab itulah jalan yang lurus tapi malulah jika tidak taat kepada syariat Allah”.
  2. Takut dicap teroris, seiring perputaran kehidupan yang canggih anak manusia maju memasuki era globalisasi maka kebanyakan perbuat-perbuat teror yang dilakukan oleh oknum dan salah dalam mengartikan jihad sehingga pada akhirnya setiap ada teror terbukti atau tidak biasanya dituduhkan kepada muslin/muslimat, sehingga terkadang ada ibu rumah tangga yang melarang anaknya untuk memakai jilbab syar’i. “Pesan ibu, tidak usah takut dicap teroris sebab Allah bersama kita’’.

Renungan buat Muslimah lain atau temanmu yang belum ingin menutup auratnya dengan Hijab

Beralasan belum siap berjilbab karena yang penting hatinya dulu diperbaiki?

Ibu jawab, ”Hati juga mesti baik. Lahiriyah pun demikian. Karena iman itu mencakup amalan hati, perkataan dan perbuatan. Hanya pemahaman keliru yang menganggap iman itu cukup dengan amalan hati ditambah perkataan lisan tanpa mesti ditambah amalan lahiriyah. Iman butuh realisasi dalam tindakan dan amala.n”

Beralasan belum siap berjilbab karena mengenakannya begitu gerah dan panas?

Ibu jawab, ”Lebih mending mana, panas di dunia karena melakukan ketaatan ataukah panas di neraka karena durhaka?” Coba direnungkan!

Beralasan lagi karena saat ini belum siap berjilbab?

Ibu jawab, ”Jika tidak sekarang, lalu kapan lagi? Apa tahun depan? Apa dua tahun lagi? Apa jika sudah keriput dan rambut ubanan? Inilah was-was dari setan supaya kita menunda amalan baik. Mengapa mesti menunda berhijab? Dan kita tidak tahu besok kita masih di dunia ini ataukah sudah di alam barzakh, bahkan kita tidak tahu keadaan kita sejam atau semenit mendatang. Jangan menunda-nunda beramal baik. Jangan menunda-nunda untuk berjilbab.”

Anakku…

Subhanallah jilbab itu adalah ketaatan kepada Allah dan RasulNya. Jilbab itu ‘iffah (kemuliaan). Jilbab itu kesucian. Jilbab itu pelindung. Jilbab itu taqwa. Jilbab itu iman. Jilbab itu haya’ (rasa malu). Jilbab itu ghirah (perasaan cemburu). Tak kan ada rasa sesal maupun kecewa sedikit pun memakai jilbab ini. Kesetiaan pada jilbablah yang harus dilekatkan di hati.

Allah berfirman:

‘’….. Barang siapa taat kepada Allah dan Rasul-Nya, niscaya Allah memasukkannya ke dalam syurga yang mengalir di dalamnya sungai-sungai, sedang mereka kekal di dalamnya; dan itulah kemenangan yang besar. (QS. An-Nisa ayat 13).

Perhatikanlah dalam al-Quran tertera surah wanita sedang surah lelaki tidak ada, ini bertanda bahwa wanita bisa mempunyai peran penting dalam menempuh kehidupan dan kemajuan Islam tetapi wanita bisa juga menjadi sumber fitnah terbesar jika tidak mentaati kaidah-kaidah Allah dan Rasul-Nya. Jika  hal yang akan kita lakukan adalah sesuai dengan syari’ah dan pasti pahalnya, maka segerakannlah, jangan ditunda-tunda.

Perkataan Ibnu ‘Umar radhiyallahu ‘anhuma berikut seharusnya menjadi renungan:

“Jika engkau berada di waktu sore, maka janganlah menunggu pagi. Jika engkau berada di waktu pagi, janganlah menunggu waktu sore. Manfaatkanlah masa sehatmu sebelum datang sakitmu dan manfaatkanlah hidupmu sebelum datang matimu.” (HR. Bukhari no. 6416). Hadits ini menunjukkan dorongan untuk menjadikan kematian seperti berada di hadapan kita sehingga bayangan tersebut menjadikan kita bersiap-siap dengan amalan shalih.
Anakku…

Seorang muslimah akan selalu ingin menjadi tampil menarik di hadapan manusia akan tetapi penampilan yang paling menarik dari semua penampilan adalah penampilan yang sesuai syariat Allah sang pengasih dan penyayang hambanya dengan memerintahkan memakai jilbab sebagai penyempurna kewajiban sebagai seorang muslimah yang sudah baligh, hal ini adalah bentuk kasih sayang kepada hambanya khususnya wanita, yakinlah bahwa Allah mengatur semua ini hanya untukmu, untuk para muslimah.

Anakku…

Rasulullah saw. bersabda yang artinya, “Ada dua golongan penghuni neraka yang aku belum pernah melihatnya: laki-laki yang tangan mereka menggenggam cambuk yang mirip ekor sapi untuk memukuli orang lain dan wanita-wanita yang berpakaian namun telanjang dan berlenggak-lenggok. Kepalanya bergoyang-goyang bak punuk onta. Mereka itu tidak masuk surga dan tidak pula mencium baunya. Padahal sesungguhnya bau surga itu bisa tercium dari jarak sekian dan sekian.” (HR Muslim).

Hijab dan Jilbab adalah masalah Fiqih (Syari’ah),  Keempat Mazhab yang terkenal seperti Mazhab Hanafi, Maliki, Syafi’i dan Hambali dan semua ahli Fiqih dan Syariat Islam sependapat bahwa aurat perempuan adalah semua badannya kecuali Muka dan Telapak tangan. Aurat wanita yang tidak boleh terlihat di hadapan laki-laki lain (selain suami dan mahramnya) adalah seluruh anggota badannya kecuali wajah dan telapak tangan. Hal ini berdasarkan dalil hadits di atas dan ayat ayat berikut.

1. Al-Qur’an surah An-Nur ayat 31, “Dan katakanlah kepada wanita-wanita yang beriman: ‘Hendaklah mereka menahan pandangannya dan memelihara kemaluannya dan janganlah mereka menampakkan perhiasannya kecuali yang biasa nampak daripadanya. Dan hendaklah mereka menutupkan khumurnya (Indonesia: hijab) ke dadanya….” Ayat ini menegaskan empat hal:

a. Perintah untuk menahan pandangan dari yang diharamkan oleh Allah.

b. Perintah untuk menjaga kemaluan dari perbuatan yang haram.

c. Larangan untuk menampakkan perhiasan kecuali yang biasa tampak.

Para ulama mengatakan bahwa ayat ini juga menunjukkan akan haramnya menampakkan anggota badan tempat perhiasan tersebut. Sebab, jika perhiasannya saja dilarang untuk ditampakkan apalagi tempat perhiasan itu berada. Menurut Ibnu Umar RA yang biasa nampak adalah wajah dan telapak tangan.

d. Perintah untuk menutupkan khumur ke dada. Khumur adalah bentuk jamak dari khimar yang berarti kain penutup kepala. Atau, dalam bahasa kita disebut hujab. Ini menunjukkan bahwa kepala dan dada adalah juga termasuk aurat yang harus ditutup. Berarti tidak cukup hanya dengan menutupkan hijab pada kepala saja dan ujungnya diikatkan ke belakang. Tetapi, ujung jilbab tersebut harus dibiarkan terjuntai menutupi dada.

2. Hadits riwayat Aisyah RA, bahwasanya Asma binti Abu Bakar masuk menjumpai Rasulullah dengan pakaian yang tipis, lantas Rasulullah berpaling darinya dan berkata, “Hai Asma, sesungguhnya jika seorang wanita sudah mencapai usia haid (akil balig) maka tidak ada yang layak terlihat kecuali ini,” sambil beliau menunjuk wajah dan telapak tangan. (HR Abu Daud dan Baihaqi).

Hadits ini menunjukkan dua hal:

1.  Kewajiban menutup seluruh tubuh wanita kecuali wajah dan telapak tangan.

2. Pakaian yang tipis tidak memenuhi syarat untuk menutup aurat. Dari kedua dalil di atas, jelaslah batasan aurat bagi wanita, yaitu seluruh tubuh kecuali wajah dan dua telapak tangan. Dari dalil tersebut pula kita memahami bahwa menutup aurat adalah wajib. Berarti jika dilaksanakan akan menghasilkan pahala dan jika tidak dilakukan maka akan menuai dosa. Kewajiban menutup aurat ini tidak hanya berlaku pada saat shalat saja atau ketika hadir di pengajian, namun juga pada semua tempat yang memungkinkan ada laki-laki lain bisa melihatnya.

Anakku…

Setelah membahas beberapa dalil di atas telah jelas bahwa dalam berpakaian saat ini ada beberapa kriteria atau syarat. Syarat-syarat pakaian penutup aurat wanita pada dasarnya seluruh bahan, model, dan bentuk pakaian boleh dipakai, asalkan memenuhi syarat-syarat berikut.

1. Menutup seluruh tubuh kecuali wajah dan telapak tangan.

2. Tidak tipis dan transparan. (Sesuai hadits di atas)

3. Longgar dan tidak memperlihatkan lekuk-lekuk dan bentuk tubuh (tidak ketat).

4. Bukan pakaian laki-laki atau menyerupai pakaian laki-laki.

Teruntuk anakku yang cantik, yang peduli pada diri sendiri atas kehidupan akhirat pakailah pakaian yang sesuai syariat Allah, insya Allah engkau bahagia dunia dan akhirat sebab hati ini akan tenteram jika melaksanakan syariat Islam. Jika memakai pakaian yang tidak sesuai syariat saya yakin bahwa sebenarnya dalam hati kecil kita berkata sebenarnya aku suka berpakaian syariat tapi pikiran dan hawa nafsu ingin berpakaian yang tidak sesuai syariat Allah.

Sumber :

Twitografi Asma Nadia. Dakwatuna.com. Annida.

Tinggalkan komentar