.:Lubuk:..

Mama, Aku Kayak Avril Lavigne

Ringkasan:

Budaya masyarakat Indonesia sudah tidak perawan lagi. Dari segi busana, masyarakat bahkan anak-anak sudah ternodai dengan budaya Barat. Segala jenis mode, mulai dari celana, baju, serta berbagai jenis aksesoris hingga kacamata serta tampilan mode anak-anak yang seperti dewasa juga dapat dilihat bebas diindustri pertelevisian. Anakpun menjadi obyek dunia konsumtif. Oleh karena itu, peran utama orang tua dan lingkungan harus lebih ditingkatkan dalam perkembangan anak dengan lebih menanamkan rasa nasionalisme Indonesia.

 

Latar Belakang Permasalahan

Globalisasi saat ini adalah bahan pembicaraan yang sudah biasa. Selama perkembangan 20 dekade terakhir, globalisasi telah ada dan mempengaruhi segala aspek di dunia. Posisi indonesia sebagai negara berkembang  menjadi sasaran empuk globalisasi. Diperkuat dengan kenyataan bahwa perkembangan ilmu pengertahuan dikuasai oleh negara-negara maju, bukan negara-negara berkembang seperti Indonesia. Mereka yang memiliki dan mampu menggerakkan komunikasi internasional justru negara-negara maju. Akibatnya, negara-negara berkembang, seperti Indonesia selalu khawatir akan tertinggal dalam arus globalisai dalam berbagai bidang seperti politik, ekonomi, sosial, budaya, termasuk kesenian. Beberapa hal tersebut merupakan hospes yang nyaman untuk replikasi virus globalisasi.

Kemajuan dalam 3T (transportasi, telekomunikasi, dan tekhnologi) mendorong memarahkan situasi globalisasi di Indonesia. Sebut saja internet, anak balita hingga eyang putri sudah dapat mengakses dimana dan kapanpun isi dari dunia maya ini. Bagi mereka yang dapat mengolah mana data yang baik dan buruk itu bukan masalah, akan tetapi sebaliknya. Ancaman besar akan datang dari mereka yang memanfaatkan layanan globalisasi satu ini untuk tujuan tidak baik atau hanya untuk kesenangan pribadi.

Bagi penyokong isu globalisasi dan media global, mereka melihat satu peluang keemasan untuk warga dunia menjadi masyarakat bermaklumat dan berpengetahuan. Salah satu keberhasilan penyebaran kebudayaan barat ialah meluasnya anggapan bahwa ilmu dan teknologi yang berkembang di barat merupakan suatu yang universal. Masuknya budaya barat (dalam kemasan ilmu dan teknologi) diterima dengan baik. Pada sisi inilah globalisasi telah merasuki berbagai sistem nilai sosial dan budaya Timur (termasuk Indonesia ) sehingga terbuka pula konflik nilai antara teknologi dan nilai-nilai ketimuran.

Masuknya nilai ketimuran ini mengakibatkan budaya masyarakat Indonesia sudah tidak perawan lagi. Kasus yang sekarang mulai marak diberitakan tentang penjajahan budaya dan harga diri bangsa indonesia telah membuktikan lunturnya rasa nasionalisme masyarakat terhadap negeri sendiri. Banyaknya stasiun televisi yang menyiarkan atribut-atribut luar negeri mengundang masyarakat untuk mengikutinya. Sebagian masyarakat, terlebih para remaja di cekoki berbagai macam barang dan jasa dari luar negeri. Mulai dari busana, makanan, permainan, dan model lain yang marak di luar negeri.

Gaya hidup kebarat-baratan ternyata sangat cepat menyebar di masyarakat, terlebih di kalangan remaja. Gaya berpakaian remaja Indonesia yang dulunya menjunjung tinggi norma kesopanan telah berubah mengikuti perkembangan jaman. Ada kecenderungan bagi remaja putri di kota-kota besar memakai pakaian minim dan ketat yang memamerkan bagian tubuh tertentu.  Derasnya arus informasi, yang juga turut serta menyumbang bagi perubahan cara berpakaian. Budaya perpakaian minim ini dianut dari film-film dan majalah-majalah luar negeri yang ditransformasikan kedalam sinetron-sinetron Indonesia. Pakaian mini dan ketat telah menjadi trend dilingkungan anak muda.

Lalu bagaimanakah nasib bangsa Indonesia untuk selanjutnya, melihat gempuran globalisasi yang tiap hari semakin bertambah? Bagaimana membangun Indonesia yang memiliki rasa nasionalisme tinggi, teguh pendirian, dan percaya diri? Jawaban dari itu semua ada pada diri masing-masing masyarakat yang berjiwa pemiliki bangsa Indonesia, terlebih para generasi penerus bangsa, pemuda dan anak-anak. Menumbuhkan rasa nasionalisme dan berfikir kritis untuk perkembangan Indonesia harus dilakukan sejak dini.

 

Trend Mode, Pasar Potensial Degradasi Nasionalisme

Globalisasi budaya identik dengan budaya pop dan postmodernisme yang bersifat fleksibel dan berubah-ubah. Budaya pop awalnya merupakan hegemoni budaya Barat, ditandai dengan merebaknya gaya hidup melalui industri budayanya seperti musik, olahraga, fastfood, mode pakaian, dan film-film Amerika di seluruh dunia. Namun kondisi ini pun tidak selalu statis. Sesuai sifatnya yang fleksibel dan berubah-ubah, budaya pop menjadi sangat terbuka untuk diisi oleh budaya mana pun.

Peran media massa dalam menyebarkan informasi menjadikan proses ini makin cepat, dengan persinggungan antar budaya yang mengalir deras melahirkan variasi kebudayaan yang sangat beragam. Dalam situasi seperti ini, pilihannya hanya mempengaruhi dan dipengaruhi. Seperti mode yang menjadi salah satu senjata ampuh globalisasi.  Mode dalam pandangan Kalr Marx juga merupakan hieroglif sosial yang bisa menyembunyikan atau justru mengomunikasikan posisi sosial pemakainya. mode mungkin cukup signifikan dalam mengkontruksi dan memahamirelasi sosial di masyarakat.

Dewasa kini, budaya fashion tidak merambah anak remaja, melainkan telah berparasit kepada anak-anak. Terkhusus para anak yang orang tuanya berstatus sosial menengah keatas. Budaya konsumtif  yang secara tidak langsung diajarkan pada anak-anak mereka membuktikan hebatnya globalisasi dalam mengubah sifat seseorang. Mode anak-anak merupakan bagian penting dalam dunia mode yang dinamis. Sebagai bagian kebudayaan yang selalu berevolusi mengikuti perubahan sosial dan teknologi. Sejak masa kejayaan Marie Antoinette yang diakui sebagai kelahiran dunia mode, anak-anak memiliki tran mode sendiri-sendiri.

Pandangan dalam kaitan dunia mode anak-anak yang paling mudah adalah beragam jenis desain dan motif baju anak di mal-mal. Segala jenis mode, mulai dari celana, baju, serta berbagai jenis aksesoris hingga kacamata. Tampilan mode anak-anak yang seperti dewasa juga dapat dilihat bebas diindustri pertelevisian. Pada era seperti ini anakpun menjadi obyek dunia konsumtif. Merek asing menggempur, tidak hanya mengiming-imingi orang tua atau remaja, tetapi juga anak-anak mereka. tren mode anak hollywood dikalangan masyarakat menengah ke atas dikabarkan juga sedang mewabah. Mereka didandani seperti artis hollywood lengkap dengan segala atributnya. Mulai dari gaya rambut, blezer, celana, rok, dan asesorisnya.

Efek globalisasi sekarang terang-terangan menunjukkan jati dirinya. Salah satunya dengan fenomena gempuran  industri mode. Hal ini telah menyeret anak-anak ke dalam lingkungan konsumtif dan hedonis. Ketakutan akan hilangnya generasi penerus bangsa yang memiliki jiwa nasionalis semakin bertambah. Bagaimana tidak, melihat gejala-gejala lunturnya budaya dalam dunia anak-anak. Dimana seharusnya anak di ajarkan untuk mencintai serta dikenalkan  dengan kebudayaan negerinya sebaliknya, mereka di tuntut untuk mengugu budaya asing. Godaan yang terjadi di era transnasional kini sungguh luar biasa.

Degradasi nilai-nilai budaya Indonesia sudah terjadi di kalangan pemuda. Budaya asing yang telah mengosmosis kebiasaan anak negeri telah sedikit demi sedikit meluturkan citra mereka. Pemuda Indonesia seharusnya memiliki rasa kepemilikan kepada negerinya sendiri, seperti halnya mencintai dan melestarikan budaya negeri tersebut. Pemuda sekarang lebih menyukai tren gaya hedonis dan lupa akan budaya asal mereka masing-masing. Anak-anak juga turut terkena wabahnya, hingga salah satu wacana menyebutkan bahwa tren busana anak Indonesia sudah menjurus kepada tren hollywood, mungkin seperti fasion aktris luar negeri yang notabene bukan bukan budaya Indonesia.

 

Kesimpulan

Penafsiran tentang individu masyarakat sering dikaitkan orang dengan perbedaan kebudayaan Timur dan kebudayaan Barat. Perbedaan ini yang kemudian butuh kejelian kita dalam mengadopsi segala sesuatu dari orang asing dalam era globalisasi. Peran pemuda yang memiliki rasa nasionalisme tinggi sangat dibutuhkan untuk itu. Pengaruh besar dari deraan globalisasi bukan suatu alasan untuk saling menyalahkan satu sama lain. Meskipun  masih banyak pemuda Indonesia yang berkarya dan melestarikan budaya negeri sendiri, akan tetapi lebih baiknya jika selalu memperhatikan hal-hal yang kecil dari perkembangan pemuda Indonesia. Seperti perkembangan globalisasi budaya lewat alur trend dan mode. Hal ini semakin disegani terkait dengan merambahnya media massa dalam menyebarkan informasi kepada remaja dan anak-anak. Oleh karena itu, peran utama orang tua dan lingkungan harus lebih ditingkatkan dalam perkembangan anak dengan lebih menanamkan rasa nasionalisme Indonesia.

Trend busana luar negeri yang telah berdampak buruk pada sifat nasionalis adalah salah satu tantangan tersendiri bagi masyarakat terlebih  para pemuda Indonesia. Perlunya rasa kepemilikan dan persatuan yang kuat harus ditanam sejak dini, walaupun masih balita. Pencitraan budaya Indonesia kepada masyarakat harus tetap dijaga jika masyarakat Indonesia tidak ingin kehilangan ekspresi dan pemahaman terhadap budayanya sendiri. Mengingat budaya Indonesi merupakan sel inti dalam menghadapi budaya global yang akan selalu berkembang dengan nilai dan penafsiran baru.

 

Daftar Pustaka

______, 2009. Baju Anak Selera Orang Tua. www.kompas.com ; Di Akses pada Tanggal 27

Agustus 2010

Bowo. 2009. Kebudayaan Di Era Globalisasi. www.ahmadheryawan.com ; Di Akses pada

Tanggal 27 Agustus 2010

Rahim, Samsudin. A. 2007. Globalisasi dan Media Global.

Reza, Muhammad. 2008. Perjalanan Mode Anak-Anak. www.muhammadreza.multiply.com :

Di Akses pada Tanggal 27 Agustus 2010-09-02

 

(di ikutkan lomba Essay “MENJADI INDONESIA 2010”) harus di latih lagi ea  ^-^v.

by: kazuha noor

 

Tinggalkan komentar

Tinggalkan komentar